Dia pergi, dan aku tak pernah
tahu kapan dia kan kembali. Merindukannya terkadang menyesakkan dada, tak ada
obat yang mampu mengobati. Asaku nak mengungkapkan rasa dalam hati, tapi aku
bukan siapa-siapa. Seorang pelajar miskin yang belum mapan menjalani hidup.
Mungkin orang tuaku memang kaya, tapi serasa menjadi pengecut menggantungkan
diri kepada mereka.
Seberapa pun besarnya rasa ini
padanya, tak kan kulanggar prinsip yang telah tertanam semenjak kecil. Tak kan
kunodai kehormatannya dengan hubungan yang tak pasti, meski harus kupendam rasa
ini sedalam-dalamnya.
Terkadang aku khawatir, nantinya ada seseorang yang memasuki hidupnya dan membuyarkan semua harapanku. Entahlah, apapun yang terjadi, Allah yang menentukan. Siapapun dia, dia tidak lebih besar daripada Tuhan yang menciptakanku, dari tiada menjadi ada, memberiku berbagai macam nikmat, yang tak seorang pun bisa menggantikannya, hanya pada-Nya ku berserah diri.
Terkadang aku khawatir, nantinya ada seseorang yang memasuki hidupnya dan membuyarkan semua harapanku. Entahlah, apapun yang terjadi, Allah yang menentukan. Siapapun dia, dia tidak lebih besar daripada Tuhan yang menciptakanku, dari tiada menjadi ada, memberiku berbagai macam nikmat, yang tak seorang pun bisa menggantikannya, hanya pada-Nya ku berserah diri.
Huft, perasaanku telah lega untuk
saat ini… Semoga dia senantiasa dalam perlindungan Allah. Semoga Allah menunjuki
kita ke jalan lurus-Nya.
“Allahumma Arinal Haqqa Haqqaw
warzuqnat tiba’ah, wa arinal bathila bathilaw warzuqnaj tinabah”
No comments:
Post a Comment