Amirul mukminin Ali Bin Abi
Thalib pernah berkata:
“Berpeganglah pada Kitabullah.
Dialah tali yang kuat dan cahaya yang terang. Dialah obat, penyembuh yang
berguna. Dialah air yang sejuk, penghilang dahaga. Dialah tempat berlindung
bagi orang yang berpegang, dan tempat keselamatan bagi orang yang bergantung.
Dia tidak pernah miring sehingga perlu ditegakkan, dan tidak pernah meyimpang
sehingga perlu diluruskan. Dia tidak pernah usang walaupun sering dibaca, dan
tidak pernah membosankan walaupun sering didengar. Siapa pun yang berbicara
dengannya pasti benar, dan siapa pun yang mengamalkannya pasti menang."
“Ketahuilah bahwa Al-Quran adalah
pemberi nasehat yang tidak pernah menipu. Pemberi petunjuk yang tidak pernah
menyesatkan. Dan pembicara yang tidak pernah berbohong. Siapa pun yang duduk
bersamanya (mengamalkannya), maka Al-Quran akan menambah sesuatu kepadanya atau
mengurangi sesuatu daripadanya; yaitu menambah petunjuk kepadanya atau
mengurangi kesesatan daripadanya. Dan ketahuilah bahwa seseorang tidak
memerlukan apapun setelah Al-Quran.[1]
Maka jadikanlah dia sebagai penyembuh dari penyakit-penyakit kalaian, dan
jadikanlah ia sebagai peringan kesusahan-kesusahan kalian. Sesungguhnya di
dalam Al-Quran terdapat kesembuhan dari penyakit yang paling berbahaya yaitu
penyakit kufur, nifaq, penyelewengan dan kesesatan."
"Sesungguhnya Al-Quran itu
zahirnya sangat luas dan batinnya sangat dalam. Keajaiban-keajaibannya tidak
pernah habis. Keindahan-keindahannya tidak terbatas. Segala kegelapan tidak
akan musnah kecuali dengannya."
Sumber: Menolak Isu Perubahan
Al-Quran (Ukdzubah Tahrif Al-Quran baina Syi’ah wa Sunnah)
Rasul Ja’fariyan, hal. 21-22.
[1]
Ungkapan ini tidak lantas menjadi dalil bagi para pengingkar sunnah untuk
meninggalkan Sunnah sebagai pentunjuk kedua setelah Al-Quran. Ali bin Abi
Thalib ra. Hanya hendak menegaskan akan keagungan Al-Quran itu sendiri.