Thursday, 8 April 2010

Balada Pendekar Kucing di Tengah Kota #2

Bismillahirrahmanirrahim,,

Sang Mentari sudah mulai menunjukkan sinar emasnya, tampak indah memukau mata. Sedikit demi sedikit menguak kabut-kabut tipis yang mengaburkan pandangan. Lalu lintas perkotaan mulai berjalan sebagaimana biasa. Di sana-sini orang melaksanakan aktifitasnya masing-masing. Ada yang bergegas menuju kantor, ada yang bersiap-siap berangkat ke sekolah, dan berbagai aktifitas lainnya. Bahkan, ada pula yang duduk nongkrong di warung kopi kota.

Di tengah kesibukan yang baru dimulai ini, seekor kucing putih bergaris-garis hitam berlari-lari di sepanjang trotoar jalan. Tidak ada yang istimewa dari kucing tersebut, kecuali ia tampak lebih tangkas dari kucing-kucing biasa.

Pada mulutnya tergigit sebuah gulungan kertas berwarna merah, tidak ada yang memperhatikan apa itu, karena orang-orang di sekitar itu mengira si kucing membawa sepotong daging. Gulungan kertas merah itu adalah surat pernyataan perang kucing jalanan terhadap kucing rumah. Dan tentu saja si kucing ini adalah utusannya.

Sesampainya di depan sebuah pagar rumah yang menjulang tinggi, si kucing berhenti. Dia mengamati keadaan sekelilingnya. Pagar yang tingginya tiga meter ini tidak dapat menutup betapa megahnya rumah yang ada di dalamnya. Tentu si empunya rumah adalah orang yang penting di kota ini.

“Wow, hebat! Menurut keterangan yang kuterima, di sinilah tempatnya. Tapi bagaimana caranya aku masuk?” pikir si kucing.

Sebenarnya kucing ini bukanlah kucing jalanan biasa, ia adalah salah satu anggota pasukan khusus kucing jalanan. Mereka dididik di bawah asuhan Pimpinan secara langsung. Salah satu keahlian pasukan ini adalah menyusup ke daerah pertahanan lawan tanpa ketahuan (Intelijen). Pada masa Tokugawa di Jepang, pasukan semacam ini disebut sebagai Ninja.

“Nah, itu dia!”

Di sudut pagar sebelah kiri, terdapat papan-papan yang disusun seperti rak. Kelihatannya, papan itu digunakan sebagai tempat menaruh pot bunga. Dengan cekatan si kucing Ninja ini memanjat sampai ke atas. Sesampainya di atas, ia melihat beberapa ekor kucing telah menghadangnya.

“Hebat! Ternyata perhitunganku keliru, mereka lebih hebat daripada yang kuduga.” Kata si kucing Ninja dalam hati.

“Who are you?” Tanya salah seekor kucing yang menjadi pemimpin kucing-kucing penjaga.

“Apa itu who are you? Oh, mungkin itu adalah sapaan.” Pikir si kucing Ninja.

“Terima kasih, saya membawa surat untuk pimpinan kalian.” Lanjutnya sambil memberikan surat yang dibawanya.

Kucing-kucing penjaga bingung, tapi kemudian salah seekor dari mereka membisikkan sesuatu kepada pemimpin mereka.

“Okay, come with me!” Pemimpin kucing penjaga member isyarat agar kucing Ninja mengikutinya.

Mereka meninggalkan tempat tersebut menuju halaman belakang. Seekor kucing Persia-Amerika besar sedang duduk santai di sana.

“My Lord, I found him when he tried to come in this house.”

“Who is he?”

“We don’t know, he speak by local language. But, I think he brings something for you.”

“What is it?”

“A letter.”

“Read it!”

“I can’t.”

“Why?”

“It was written by Indonesian too.”

“Call Budi to come here!”

“Yes, Sir.”

Salah seekor kucing penjaga segera berlari meninggalkan tempat itu, tidak lama berselang ia telah kembali dengan seekor kucing yang lain. Kucing yang datang belakangan ini adalah seekor kucing putih bersih, postur tubuhnya sangat mirip dengan si kucing Ninja.

“Budi!” teriak si Kucing Ninja.

Kucing itu terkejut melihat si kucing Ninja, tapi dia tidak menjawabnya. Ia telah lama tidak berjumpa dengan si kucing Ninja sudah berbulan-bulan yang lalu. Tepatnya sejak ia kabur dari kamp pelatihan pasukan khusus. (kisah ini akan diceritakan pada episode selanjutnya, Insya Allah).

“Here I am, my Lord.”

“Do you know him?”

“No, Sir.”

“Well, Can you read it?”

“Yes, Sir”

Budi menerima surat tersebut, ia pun terkejut untuk kedua kalinya tatkala membacanya sekilas. Isi surat tersebut adalah sebagai berikut :

“Dengan ini Kami para kucing jalanan menyatakan perang terhadap kalian.”

Hanya itu, singkat dan padat. Tidak dicantumkan alasan yang jelas mengapa mereka menyatakan perang. Memang demikian adanya, pemimpin kucing jalanan merasa tidak perlu mencantumkan alasannya.

“Hereby, We are the street cats declare war on the house cats.”

“What? Okay, if they want we give. Budi, say him that we accept they challenge!”

“Pimpinan kami berkata bahwa kami telah menerima surat pernyataan perang kalian. Engkau boleh pergi.”

“Baiklah.”

Sebenarnya kucing Ninja ingin bertanya pada kucing itu, tapi ia menahan dirinya. Ia segera pergi melaporkan kepada Pimpinan kucing jalanan.

To be continued. . .

No comments: