Wednesday, 31 March 2010

Balada Pendekar Kucing di Tengah Kota #1

BIsmillahirrahmanirrahim,,

Di suatu malam yang dingin, hujan turun membasahi bumi. KIlat dan petir menyambar-nyambar, langit bergemuruh tiada henti-hentinya, seakan-akan langit menumpahkan amarah terhadap penduduk bumi. Tiada tampak seorang pun di kota kecil ini. Cuaca membuat orang-orang malas untuk keluar, mereka lebih suka menghangatkan tubuhnya di dalam rumah, berkumpul bersama keluarga, dan tidur.

Hal ini dimamfa’atkan oleh sekolompok kucing-kucing jalanan untuk mengadakan sebuah pertemuan, mereka berkumpul di sebuah rumah yang telah lama kosong. Tanpa menghiraukan dingin, satu persatu begerak ke rumah tersebut. Mereka yakin tidak ada manusia yang akan melihat mereka.

Semuanya telah berkumpul, mereka berdiri membentuk setengah lingkaran yang rapi. Seekor kucing besar berwarna kuning yang berada di hadapan mereka bertindak sebagai pemimpin. Perawakan kucing ini tampak sangat gagah, bulu yang tebal, cakar yang kuat, kumis yang panjang, dan gigi taringnya yang besar membuat kebiwaannya sebagai pemimpin kucing jalanan semakin terlihat.

Dengan lantang ia berkata,”Ketua Blok 1, laporkan keadaan!”

“Baik, kucing-kucing di blok 1 tidak pernah mengalami kelaparan. Hal ini disebabkan banyak manusia yang membuang sisa-sisa makan yang belum habis dimakannya. Bahkan ada seorang anak yang baru memakan sesuap nasi, karena tidak suka maka dia langsung membuangnya.”

“Apakah masih ada lebih?”

“Ada.”

“Bagikan kepada teman-teman di blok lain yang kekurangan makanan!”

“Siap, laksanakan.”

“Ketua Blok 2, laporkan keadaan!”

“Kucing-kucing di Blok 2 membutuhkan lebih banyak olahraga dan obat-obatan, mereka banyak yang sakit.”

“Departemen Kesehatan!”

“Siap!”

”Bagikan obat-obatan secara gratis ke Blok 2!”

“Siap dengan segera.”

“Departemen Pembangunan!”

“Siap!”

“Buatlah perencanaan pembangunan tempat olahraga di Blok 2!”
“Laksanakan.”

“Departemen Keuangan!”

“Siap!”

“Anggarkan dana untuk pembangunan ini!”

“Yes, sir.”

Keadaan kucing-kucing jalanan yang ada di kota dilaporkan kepada sang pemimpin, dan ia dengan bijak mengatasi segala permasalahan yang timbul. Sampai pada laporan terakhir yang akan dilaporkan oleh ketua kucing Blok 79.

“Kucing-kucing di Blok 79 sedang dalam keadaan gawat.”

“Gawat bagaimana?”

“Para manusia mulai suka memelihara kucing, sehingga kucing rumah semakin banyak. Tentu saja ini membuat kucing-kucing jalanan semakin payah. Selain itu, kucing-kucing rumah banyak yang menjelek-jelekkan kucing jalanan.”

“Apa? Apakah mereka benar-benar banyak?”

“Itu benar, kurang lebih mereka berjumlah 200 kucing.”

“Departemen Kemiliteran, berapa jumah pasukan kita?”

“500 kucing.”

“Bagus, segera siapkan pasukan! Kirimkan surat pernyataan perang kepada mereka!”

“Tapi…”

“Tiadak ada kata tetapi!”

“Siap , laksanakan.”

“Sidang ditutup!”

Kesokan harinya, seekor kucing diutus untuk menyampaikan suran pernyataan perang dari kucing jalanan kepada kucing rumah. Pemimpin kucing rumah yang ternyata berasal dari Amerika menerimanya, tapi dia tidak mengerti bahasa Indonesia. Sehingga harus dicarikan seorang penerjemah.

Siapakah penerjemah tersebut…?
Apakah kucing rumah juga akan menyatakan perang dengan kucing jalanan…?
Bagaimanakah kelanjutan ceritanya…?
Nantikan, episode selanjutnya dari Balada Pendekar Kucing di Tengah Kota.

No comments: